Paradigma Post-Positivisme Definisi, dan Karakteristik
Paradigma Post-Positivisme: Definisi, dan Karakteristik

Paradigma penelitian dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi empat kategori paradigma penelitian, yaitu post-positivisme, positivisme, konstruktivisme, dan kritis (Denzin & Lincoln, 2009).

Artikel ini secara khusus membahas mengenai asumsi dasar filosofis post-positivisme dilakukan pada kondisi objek yang alamiah.

Definisi

Paradigma post-positivisme merupakan perkembangan pengetahuan yang terjadi berdasarkan pada observasi yang cermat dari sebuah realitas yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Paradigma ini menjelaskan situasi yang sebenarnya, mengembangkan pertanyaan yang relevan dengan masalah, dan juga menggambarkan hubungan antara sebab dan akibat dari permasalahan dalam penelitian.

Post positivisme ini dapat membuat peneliti tidak bisa mendapatkan sebuah fakta dari kenyataan jika peneliti membuat jarak pada kenyataan yang ada (Moleong, 2013).

Paradigma post-positivisme menentukan hasil atau efek dalam sebuah penelitian, hal ini biasa disebut filosofi deterministik (Creswell, 2014).

Karakteristik

Permasalahan pada paradigma post-positivisme pada umumnya menjelaskan atau mencerminkan kebutuhan dalam menilai dan mengidentifikasi sesuatu yang dapat memengaruhi hasil dari sebuah fonemona atau peristiwa.

“Karakteristik utama paradigma post positivisme adalah pencarian makna di balik data” (Muhadjir, 2000:79).

Karakteristik utama paradigma ini, seperti fokus pada makna dan pemahaman, hubungan peneliti-informan yang kolaboratif, dan analisis data yang bersifat induktif, menjadikan paradigma ini cocok untuk penelitian yang ingin menggali pengalaman dan perspektif individu atau kelompok secara mendalam dan kontekstual.

Kapan menggunakan Post-Positivisme?

Paradigma post-positivisme kualitatif cocok digunakan dalam beberapa situasi penelitian, di antaranya:

  1. Memahami fenomena sosial yang kompleks dan mendalam
  2. Mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan mendalam tentang suatu situasi
  3. Menemukan makna dan interpretasi yang berbeda dari suatu fenomena
  4. Mengembangkan teori atau konsep baru
  5. Melakukan penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif

Perlu diingat bahwa paradigma post-positivisme kualitatif tidak selalu tepat untuk semua jenis penelitian. Penting untuk mempertimbangkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sifat data yang ingin dikumpulkan sebelum memutuskan paradigma mana yang paling sesuai.

Contoh

Beberapa contoh situasi penelitian yang cocok untuk menggunakan paradigma post-positivisme kualitatif:

  • Penelitian tentang pengalaman hidup orang-orang tunawisma
  • Penelitian tentang budaya organisasi di sebuah perusahaan
  • Penelitian tentang makna maskulinitas di masyarakat tertentu
  • Penelitian tentang proses revitalisasi kawasan bersejarah

Sumber:

Creswell, JW (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Pustaka Belajar.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif (Revisi). Remaja Rosdakarya.