Paradigma interpretif dan konstruktivis

Mediapustaka.idParadigma interpretif dan konstruktivis pada dasarnya sama (Kriyantono, 2018). Hal ini dapat dicirikan oleh beberapa pakar sebagai berikut.

  • Daymon & Holloway (2011); Neuman (2006);Wimmer & Dominick (2011), menyebut interpretif memiliki ciri-ciri yang sama dengan ciri-ciri konstruktivis yang digunakan oleh Guba & Lincoln (1994).
  • Mulyana (2001), memilih paradigma objektif dan subjektif. Menurutnya, paradigma objektif sering diasosiasikan dengan istilah positivistik dan paradigma subjektif diasosiasikan dengan interpretif dan konstruktivis.
  • Hidayat (1999), menggunakan istilah paradigma klasik untuk merujuk istilah positivistik dan menggunakan istilah konstruktivis.
  • Cupchik (2001) menyebut interpretif secara bergantian dengan konstruktivis.

PENGARUH PARADIGMA KONSTRUKTIVISTIK PADA metodologi (prosedur) RISET

Boleh turun lapang

  • Tanpa desain
  • Desain dibuat selama turun lapang
  • Desain dibuat di awal, tapi bisa berubah

Peneliti adalah instrumen

  • Penggalian data tdk boleh diwakilkan
  • Iteracy, recursive, saturation
  • informan blm fix di proposal, bahkan saat laporan bs ditambah lagi
  • membangun menawarkan

teori model pola proposisi

  • Hipotesis sbg asumsi awal teoritis agar tdk buta lapangan

Teori sbg asumsi awal dan bisa berubah sesuai data

Bab II skripsi bs ditaruh di bagian terakhir (bab IV) sebelum simpulan

Thick description, verifikatif terkait konstruksi informan

Paradigma Interpretif Berkembang pada abad 20an.  Paradigma ini lahir sebagai kritikan pada paradigma post positivis. Paradigma post positivis dipandang terlalu umum, terlalu mekanis, dan tidak mampu menangkap keruwetan,nuansa dan kompleksitas dari interaksi manusia. Sebuah pemahaman dari kehidupan sosial harus memperhitungkan subjektivitas dan makna pribadi dari individu. Paradigma ini dibentuk oleh fenomenologi, hermeuneutika, dan interaksi simbolik.

Paradigma Konstruktivisme dicetuskan oleh Karl Poper (1973). Objektivitas tidak dapat dicapai dalam dunia fisik tetapi hanya melalui pemikiran manusia. Gagasan Kontruktivis mengenai Pengetahuan (Von Glasersferld dan Kitchener, 1987). Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran.

Gagasan Utama Paradigma Konstruktivis

  • Ontologi : Relativism: Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran realitas bersifat relatif, berlaku konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
  • Epistemologi : Transactionalist/ subjectivist: Pemahaman realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaski peneliti dengan objek yg diteliti
  • Aksiologi : Facilitator: Nilai, etika, moral bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secar dialektis antara peneliti dengan yang diteliti

Sumber:

http://www.rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/files/2018/09/PARADIGMA-PENELITIAN.pdf

https://nuratnan.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2017/02/Paradigma-Dalam-Penelitian-Komunikasi.pdf